Bab V: MANUSIA DAN KEINDAHAN
BAB 5
MANUSIA
DAN KEINDAHAN
a.
APAKAH
KEINDAHAN ITU ?
Keindahan tersusun dari berbagai
keselarasan dan kebaikan dari garis, warna, bentuk, nada
dan kata- kata. Keindahan bisa juga diartikan sebagai suatu kumpulan hubungan- hubungan
yang selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengamat.
dan kata- kata. Keindahan bisa juga diartikan sebagai suatu kumpulan hubungan- hubungan
yang selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengamat.
Perbedaan keindahan menurut luasnya
pengertian, yakni :
a) Keindahan
dalam arti yang luas
b) Keindahan
dalam arti estetis murni
c) Keindahan
dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan
Pengertian keindahan
yang seluas- luasnya :
-
Keindahan seni
-
Keindahan alam
-
Keindahan moral
-
Keindahan intelektual
b.
NILAI
ESTETIK
Nilai
estentik adalah nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup
dalam pengertian keindahan
Nilai
ektrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk
sesuatu hal lainnya, nilai yang bersifat sebagai alat atau pembantu.
c.
KONTEMPLASI
DAN EKSTANSI
Keindahan
didasarkan pada selera seni didukung oleh factor kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi
adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi
adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati
sesuatu yang indah. Bila kedua dasar ini dihubungkan, maka akan terjadi
penilaian bahwa sesuatu itu indah.
d.
APA SEBAB MANUSIA MENCIPTAKAN KEINDAHAN ?
Pengungkapan
keindahan dalam karya seni didasari oleh motivasi tertentu dan dengan tujuan
tertentu pula. Motivasi itu dapat berupa pengalaman atau kenyataan pada
kehidupan manusia. Alas an/motivasi dan tujuan seniman menciptakan keindahan :
1. Tata
nilai yang telah using
2. Kemerosotan
zaman
3. Penderitaan
manusia
4. Keagungan
Tuhan
e.
KEINDAHAN
MENURUT PANDANGAN ROMANTIK
Keindahan
tidak pernah bisa didebatkan. Meskipun demikian, kita dapat menggunakan kata-
kata penyair romantik. Erns Cassirer mengatakan, bahwa sesuatu yang indah
adalah keriangan selama- lamanya, kemolekannya bertambah, dan tidak pernah
berlalu ke ketiadaan.
Renungan
berasal dari kata renung, yang artinya diam- diam memikirkan sesuatu, atau
memikirkan sesuatu dalam- dalam. Renungan adalah hasil merenung. Keindahan bisa didapatkan
dari renungan. Dalam merenung menciptakan seni dan beberapa teori. Teori itu ialah :
memikirkan sesuatu dalam- dalam. Renungan adalah hasil merenung. Keindahan bisa didapatkan
dari renungan. Dalam merenung menciptakan seni dan beberapa teori. Teori itu ialah :
a) Teori pengungkapan
b) Teori
metafisik
c) Teori psikologis
Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsure perpaduan, pertentangan, ukuran dan
seimbang. Keindahan adalah suatu kumpulan hubungan yang serasi dalam suatu benda dan di
antara benda itu dengan si pengamat.
a)
TEORI
OBYEKTIF DAN TEORI SUBYEKTIF
Teori
obyektif berpendapat, bahwa keindahan adalah sifat yang memang telah melekat
pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya.
Teori
subyektif, menyatakan bahwa ciri- ciri yang menciptakan keindahan suatu benda
itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalalm diri seseorang yang mengamati
sesuatu benda.
b)
TEORI
PENGEMBANGAN
Teori
perimbangan tentang keindahan dari bangsa Yunani Kuno daulu dipahami pula dalam
aarti yang lebih teerbatas. Hubungan dari bagian- bagian yang menciptakan
keindahan dapat dinyatakan sebagai perimbangan atau perbandingan angka- angka.
Teori perimbangan berlaku dari abad ke-5 sebelum masehi abad ke 17 masehi
selama 22 abad. Teoti tersebut runtuh karena desakan dari filsafat emprisme dan
aliran- aliran termasuk seni. Bai merka keindahan hanyalah kesan yang subyektif
sifatnya.
CONTOH MANUSIA DAN KEINDAHAN
Lukisan Karya Affandi Koesoema Dan Makna
Affandi Koesoema' (Cirebon, Jawa Barat, 1907 - 23 Mei 1990) adalah seorang pelukis
yang dikenal sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia, mungkin pelukis
Indonesia yang paling terkenal di dunia internasional, berkat gaya
ekspresionisnya dan romantisme yang khas. Pada tahun 1950-an ia banyak
mengadakan pameran tunggal di India, Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat.
Pelukis yang produktif, Affandi telah melukis lebih dari dua ribu lukisan.
·
Biografi
Affandi dilahirkan di Cirebon pada tahun
1907, putra dari R. Koesoema, seorang mantri ukur di pabrik gula di Ciledug,
Cirebon. Dari segi pendidikan, ia termasuk seorang yang memiliki pendidikan
formal yang cukup tinggi. Bagi orang-orang segenerasinya, memperoleh pendidikan
HIS, MULO, dan selanjutnya tamat dari AMS, termasuk pendidikan yang hanya
diperoleh oleh segelintir anak negeri.
Namun,
bakat seni lukisnya yang sangat kental mengalahkan disiplin ilmu lain dalam
kehidupannya, dan memang telah menjadikan namanya tenar sama dengan tokoh atau
pemuka bidang lainnya.
Pada
umur 26 tahun, pada tahun 1933, Affandi menikah dengan Maryati, gadis kelahiran
Bogor. Affandi dan Maryati dikaruniai seorang putri yang nantinya akan mewarisi
bakat ayahnya sebagai pelukis, yaitu Kartika Affandi.
Sebelum
mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagai
tukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung
bioskop di Bandung. Pekerjaan ini tidak lama digeluti karena Affandi lebih
tertarik pada bidang seni lukis.
Sekitar
tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok Lima Bandung, yaitu kelompok lima
pelukis Bandung. Mereka itu adalah Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi
serta Affandi yang dipercaya menjabat sebagai pimpinan kelompok. Kelompok ini
memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia.
Kelompok ini berbeda dengan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada
tahun 1938, melainkan sebuah kelompok belajar bersama dan kerja sama saling
membantu sesama pelukis.
Pada
tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung Poetera
Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di
Indonesia. Empat Serangkai--yang terdiri dari
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Mohammad Hatta,
3. Ki Hajar Dewantara, dan
4. Kyai Haji Mas Mansyur
2. Drs. Mohammad Hatta,
3. Ki Hajar Dewantara, dan
4. Kyai Haji Mas Mansyur
memimpin
Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) untuk ikut ambil bagian. Dalam
Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai tenaga pelaksana dan S.
Soedjojono sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan hubungan dengan
Bung Karno.
Ketika
republik ini diproklamasikan 1945, banyak pelukis ambil bagian. Gerbong-gerbong
kereta dan tembok-tembok ditulisi antara lain "Merdeka atau mati!".
Kata-kata itu diambil dari penutup pidato Bung Karno, Lahirnya Pancasila, 1
Juni 1945. Saat itulah, Affandi mendapat tugas membuat poster. Poster yang
merupakan ide Soekarno itu menggambarkan seseorang yang dirantai tapi rantainya
sudah putus. Yang dijadikan model adalah pelukis Dullah. Kata-kata yang
dituliskan di poster itu ("Bung, ayo bung") merupakan usulan dari
penyair Chairil Anwar. Sekelompok pelukis siang-malam memperbanyaknya dan
dikirim ke daerah-daerah.
Bakat
melukis yang menonjol pada diri Affandi pernah menorehkan cerita menarik dalam
kehidupannya. Suatu saat, dia pernah mendapat beasiswa untuk kuliah melukis di
Santiniketan, India, suatu akademi yang didirikan oleh Rabindranath Tagore.
Ketika telah tiba di India, dia ditolak dengan alasan bahwa dia dipandang sudah
tidak memerlukan pendidikan melukis lagi. Akhirnya biaya beasiswa yang telah
diterimanya digunakan untuk mengadakan pameran keliling negeri India.
Sepulang
dari India, Eropa, pada tahun lima puluhan, Affandi dicalonkan oleh PKI untuk
mewakili orang-orang tak berpartai dalam pemilihan Konstituante. Dan
terpilihlah dia, seperti Prof. Ir. Saloekoe Poerbodiningrat dsb, untuk mewakili
orang-orang tak berpartai. Dalam sidang konstituante, menurut Basuki Resobowo
yang teman pelukis juga, biasanya katanya Affandi cuma diam, kadang-kadang
tidur. Tapi ketika sidang komisi, Affandi angkat bicara. Dia masuk komisi
Perikemanusiaan (mungkin sekarang HAM) yang dipimpin Wikana, teman dekat
Affandi juga sejak sebelum revolusi.
Topik
yang diangkat Affandi adalah tentang perikebinatangan, bukan perikemanusiaan
dan dianggap sebagai lelucon pada waktu itu. Affandi merupakan seorang pelukis
rendah hati yang masih dekat dengan flora, fauna, dan lingkungan walau hidup di
era teknologi. Ketika Affandi mempersoalkan 'Perikebinatangan' tahun 1955,
kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup masih sangat rendah.
Affandi
juga termasuk pimpinan pusat Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), organisasi kebudayaan
terbesar yang dibubarkan oleh rezim Suharto. Dia bagian seni rupa Lembaga Seni
Rupa) bersama Basuki Resobowo, Henk Ngantung, dan sebagainya.
Pada
tahun enampuluhan, gerakan anti imperialis AS sedang mengagresi Vietnam cukup
gencar. Juga anti kebudayaan AS yang disebut sebagai 'kebudayaan imperialis'.
Film-film Amerika, diboikot di negeri ini. Waktu itu Affandi mendapat undangan
untuk pameran di gedung USIS Jakarta. Dan Affandi pun, pameran di sana.
Ketika
sekelompok pelukis Lekra berkumpul, ada yang mempersoalkan. Mengapa Affandi
yang pimpinan Lekra kok pameran di tempat perwakilan agresor itu. Menanggapi
persoalan ini, ada yang nyeletuk: "Pak Affandi memang pimpinan Lekra, tapi
dia tak bisa membedakan antara Lekra dengan Lepra!" kata teman itu dengan
kalem. Karuan saja semua tertawa.
Meski
sudah melanglangbuana ke berbagai negara, Affandi dikenal sebagai sosok yang
sederhana dan suka merendah. Pelukis yang kesukaannya makan nasi dengan tempe
bakar ini mempunyai idola yang terbilang tak lazim. Orang-orang lain bila
memilih wayang untuk idola, biasanya memilih yang bagus, ganteng, gagah, bijak,
seperti; Arjuna, Gatutkaca, Bima atau Werkudara, Kresna.
Namun,
Affandi memilih Sokrasana yang wajahnya jelek namun sangat sakti. Tokoh wayang
itu menurutnya merupakan perwakilan dari dirinya yang jauh dari wajah yang
tampan. Meskipun begitu, Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi
(Deparpostel) mengabadikan wajahnya dengan menerbitkan prangko baru seri tokoh
seni/artis Indonesia. Menurut Helfy Dirix (cucu tertua Affandi) gambar yang
digunakan untuk perangko itu adalah lukisan self-portrait Affandi tahun 1974,
saat Affandi masih begitu getol dan produktif melukis di museum sekaligus
kediamannya di tepi Kali Gajahwong Yogyakarta.
- Affandi dan melukis
Semasa
hidupnya, ia telah menghasilkan lebih dari 2.000 karya lukis. Karya-karyanya
yang dipamerkan ke berbagai negara di dunia, baik di Asia, Eropa, Amerika
maupun Australia selalu memukau pecinta seni lukis dunia. Pelukis yang meraih
gelar Doktor Honoris Causa dari University of Singapore tahun 1974 ini dalam
mengerjakan lukisannya, lebih sering menumpahkan langsung cairan cat dari
tube-nya kemudian menyapu cat itu dengan jari-jarinya, bermain dan mengolah
warna untuk mengekspresikan apa yang ia lihat dan rasakan tentang sesuatu.
Dalam
perjalanannya berkarya, pemegang gelar Doctor Honoris Causa dari University of
Singapore tahun 1974, ini dikenal sebagai seorang pelukis yang menganut aliran
ekspresionisme atau abstrak. Sehingga seringkali lukisannya sangat sulit
dimengerti oleh orang lain terutama oleh orang yang awam tentang dunia seni
lukis jika tanpa penjelasannya. Namun bagi pecinta lukisan hal demikianlah yang
menambah daya tariknya.
Kesederhanaan
cara berpikirnya terlihat saat suatu kali, Affandi merasa bingung sendiri
ketika kritisi Barat menanyakan konsep dan teori lukisannya. Oleh para kritisi
Barat, lukisan Affandi dianggap memberikan corak baru aliran ekspresionisme.
Tapi ketika itu justru Affandi balik bertanya, Aliran apa itu?.
Bahkan
hingga saat tuanya, Affandi membutakan diri dengan teori-teori. Bahkan ia
dikenal sebagai pelukis yang tidak suka membaca. Baginya, huruf-huruf yang
kecil dan renik dianggapnya momok besar.
Bahkan,
dalam keseharian, ia sering mengatakan bahwa dirinya adalah pelukis kerbau,
julukan yang diakunya karena dia merasa sebagai pelukis bodoh. Mungkin karena
kerbau adalah binatang yang dianggap dungu dan bodoh. Sikap sang maestro yang
tidak gemar berteori dan lebih suka bekerja secara nyata ini dibuktikan dengan
kesungguhan dirinya menjalankan profesi sebagai pelukis yang tidak cuma musiman
pameran. Bahkan terhadap bidang yang dipilihnya, dia tidak overacting.
Misalnya
jawaban Affandi setiap kali ditanya kenapa dia melukis. Dengan enteng, dia
menjawab, Saya melukis karena saya tidak bisa mengarang, saya tidak pandai
omong. Bahasa yang saya gunakan adalah bahasa lukisan. Bagi Affandi, melukis
adalah bekerja. Dia melukis seperti orang lapar. Sampai pada kesan elitis soal
sebutan pelukis, dia hanya ingin disebut sebagai tukang gambar.
Lebih
jauh ia berdalih bahwa dirinya tidak cukup punya kepribadian besar untuk
disebut seniman, dan ia tidak meletakkan kesenian di atas kepentingan keluarga.
Kalau anak saya sakit, saya pun akan berhenti melukis, ucapnya.
Sampai
ajal menjemputnya pada Mei 1990, ia tetap menggeluti profesi sebagai pelukis.
Kegiatan yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Ia dimakamkan tidak jauh dari
museum yang didirikannya itu.
- Museum Affandi
Museum
yang diresmikan oleh Fuad Hassan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ketika itu
dalam sejarahnya telah pernah dikunjungi oleh Mantan Presiden Soeharto dan
Mantan Perdana Menteri Malaysia Dr. Mahathir Mohammad pada Juni 1988 kala
keduanya masih berkuasa. Museum ini didirikan tahun 1973 di atas tanah yang
menjadi tempat tinggalnya.
Saat
ini, terdapat sekitar 1.000-an lebih lukisan di Museum Affandi, dan 300-an di
antaranya adalah karya Affandi. Lukisan-lukisan Affandi yang dipajang di galeri
I adalah karya restropektif yang punya nilai kesejarahan mulai dari awal
kariernya hingga selesai, sehingga tidak dijual.
Sedangkan
galeri II adalah lukisan teman-teman Affandi, baik yang masih hidup maupun yang
sudah meninggal seperti Basuki Abdullah, Popo Iskandar, Hendra, Rusli, Fajar
Sidik, dan lain-lain. Adapun galeri III berisi lukisan-lukisan keluarga
Affandi.
Di
dalam galeri III yang selesai dibangun tahun 1997, saat ini terpajang
lukisan-lukisan terbaru Kartika Affandi yang dibuat pada tahun 1999. Lukisan
itu antara lain "Apa yang Harus Kuperbuat" (Januari 99), "Apa
Salahku? Mengapa ini Harus Terjadi" (Februari 99), "Tidak Adil"
(Juni 99), "Kembali Pada Realita Kehidupan, Semuanya Kuserahkan
KepadaNya" (Juli 99), dan lain-lain. Ada pula lukisan Maryati, Rukmini
Yusuf, serta Juki Affandi.
- Affandi di mata dunia
Affandi
memang hanyalah salah satu pelukis besar Indonesia bersama pelukis besar
lainnya seperti Raden Saleh, Basuki Abdullah dan lain-lain. Namun karena
berbagai kelebihan dan keistimewaan karya-karyanya, para pengagumnya sampai
menganugerahinya berbagai sebutan dan julukan membanggakan antara lain seperti
julukan Pelukis Ekspressionis Baru Indonesia bahkan julukan Maestro. Adalah
Koran International Herald Tribune yang menjulukinya sebagai Pelukis
Ekspressionis Baru Indonesia, sementara di Florence, Italia dia telah diberi
gelar Grand Maestro.
Berbagai
penghargaan dan hadiah bagaikan membanjiri perjalanan hidup dari pria yang
hampir seluruh hidupnya tercurah pada dunia seni lukis ini. Di antaranya, pada
tahun 1977 ia mendapat Hadiah Perdamaian dari International Dag Hammershjoeld.
Bahkan Komite Pusat Diplomatic Academy of Peace PAX MUNDI di Castelo San
Marzano, Florence, Italia pun mengangkatnya menjadi anggota Akademi Hak-Hak
Azasi Manusia.
Dari
dalam negeri sendiri, tidak kalah banyak penghargaan yang telah diterimanya, di
antaranya, penghargaan "Bintang Jasa Utama" yang dianugrahkan
Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1978. Dan sejak 1986 ia juga diangkat
menjadi Anggota Dewan Penyantun ISI (Institut Seni Indonesia) di Yogyakarta.
Bahkan seorang Penyair Angkatan 45 sebesar Chairil Anwar pun pernah
menghadiahkannya sebuah sajak yang khusus untuknya yang berjudul "Kepada
Pelukis Affandi".
Untuk
mendekatkan dan memperkenalkan karya-karyanya kepada para pecinta seni lukis,
Affandi sering mengadakan pameran di berbagai tempat. Di negara India, dia
telah mengadakan pameran keliling ke berbagai kota. Demikian juga di berbagai
negara di Eropa, Amerika serta Australia. Di Eropa, ia telah mengadakan pameran
antara lain di London, Amsterdam, Brussels, Paris, dan Roma. Begitu juga di
negara-negara benua Amerika seperti di Brasil, Venezia, San Paulo, dan Amerika
Serikat. Hal demikian jugalah yang membuat namanya dikenal di berbagai belahan
dunia. Bahkan kurator terkenal asal Magelang, Oei Hong Djien, pernah memburu
lukisan Affandi sampai ke Rio de Janeiro.
Penghargaan dan lain-lain :
- Agama: Islam
- Istri
- Maryati (istri pertama)
- Rubiyem (istri kedua)
- Anak
- Kartika Affandi
- Juki Affandi BSc
- Rukmini (adik tiri)
- Penghargaan
- Piagam Anugerah Seni,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1969
- Doktor Honoris Causa dari
University of Singapore, 1974
- Dag Hammarskjöld, International
Peace Prize (Florence, Italia, 1997)
- Bintang Jasa Utama, tahun 1978
- Julukan Pelukis Ekspresionis
Baru Indonesia oleh Koran International Herald Tribune
- Gelar Grand Maestro di
Florence, Italia
- Pameran
- Museum of Modern Art (Rio de
Janeiro, Brazil, 1966)
- East-West Center (Honolulu,
1988)
- Festival of Indonesia (AS,
1990-1992)
- Gate Foundation (Amsterdam,
Belanda, 1993)
- Singapore Art Museum (1994)
- Centre for Strategic and
International Studies (Jakarta, 1996)
- Indonesia-Japan Friendship
Festival (Morioka, Tokyo, 1997)
- ASEAN Masterworks (Selangor,
Kuala Lumpur, Malaysia, 1997-1998)
- Pameran keliling di berbagai
kota di India.
- Pameran di Eropa al: London,
Amsterdam, Brussels, Paris, Roma
- Pameran di benua Amerika al:
Brazilia, Venezia, São Paulo, Amerika Serikat
- Pameran di Australia
- Buku tentang Affandi
- Buku kenang-kenangan tentang
Affandi, Prix International Dag Hammarskjöld, 1976, 189 halaman. Ditulis
dalam empat bahasa, yaitu Bahasa Inggris, Belanda, Perancis, dan
Indonesia.
- Nugraha Sumaatmadja, buku
tentang Affandi, Penerbitan Yayasan Kanisius, 1975
- Ajip Rosidi, Zaini, Sudarmadji,
Affandi 70 Tahun, Dewan Kesenian Jakarta, 1978. Diterbitkan dalam rangka
memperingati ulang tahun ketujuh puluh.
- Raka Sumichan dan Umar Kayam, buku tentang Affandi, Yayasan Bina Lestari Budaya Jakarta, 1987, 222 halaman. Diterbitkan dalam rangka memperingati 80 tahun Affandi, dalam dua bahasa, yakni Bahasa Inggris dan Indonesia.
Lukisan Karya Affandi Koesoema Dan Makna
- Pelukis:
Affandi
- Tahun
karya: 1981
- Judul
: 'Kebun Cengkeh'
- Media
: Oil on Canvas
Sebuah
karya seni kelas tinggi dari sang pelukis maestro Affandi, melukiskan sebuah
pemandangan alam perkebunan cengkeh, area perkebunan berbukit yang masih alami
nampak terlukis apa adanya dari alam, untuk menghidupkan suasana pada lukisan,
dihadirkanya figur manusia sebagai obyek pendukung namun adalah inti dari
lukisan, yang menunjukan adanya aktifitas kehidupan yang menyatu dengan alam.
Ekspresi goresan khas Affandi terlihat unik, yang menjadikan lukisan ini
istimewa.
Seperti pada kebanyakan lukisan Affandi yang
selalu menempatkan Matahari sebagai bagian dari obyek utama, namun dalam
lukisan ini, penempatan matahari nampak unik, seolah sang pelukis mengambil
perspektif posisi dibalik matahari, sehingga nampak dalam lukisan matahari
tidak di balik bukit, melainkan nampak diatas bukit dan menutupi bukit,
keunikan ini mungkin hanya dimiliki oleh Affandi, sebagai cara sudut pandang
dia dalam ber ekspresi, dimana kualitas imajinasinya sebagai seorang pelukis
maestro ternama.
- Pelukis:
Affandi
- Tahun
karya: 1979
- Judul :
'Ayam tarung'
- Media : Oil
on Canvas
Lukisan
bertema ayam tarung merupakan salah satu tema kesukaan Affandi, sehingga beliau
membuat beberapa karya lukisan bertema Ayam tarung dalam versi yang berbeda,
ada lebih dari 10 versi lukisan ayam tarung karya Affandi, salah satunya adalah
lukisan Ayam Tarung berikut ini.
Melukiskan sebuah pertarungan ayam yang
sengit, antara Ayam jago berwarna putih ke emasan dan Ayam jago berwarna hitam
ke emasan, yang merupakan simbol pertarungan antara kejahatan dan kebenaran,
itulah yang terjadi dalam kehidupan, dalam setiap diri manusia, dimana setiap
waktu selalu dihadapkan antara dua pilihan baik dan buruk, selalu terjadi
pertarungan antara keduanya, adakalanya kebenaran harus tersingkirkan,
adakalanya kejahatan harus terhapuskan, namun yang pasti kebenaran akan selalu
menang pada akhirnya.
Ayam Tarung atau adu ayam merupakan salah
satu tradisi rakyat khusunya jawa yang menjadi hiburan rakyat, dan sekaligus
menjadi ajang arena pertaruhan, hanya ayam-ayam kuat terpilih yang masuk dalam
arena pertarungan ini, dan ayam terbaik yang akan memenangkan pertarungan
sengit ini, untuk menjadi sang Jawara.
Dua ayam dalam lukisan ini adalah ayam-ayam
terbaik yang bertarung dengan sengit, hidup dan mati, untuk menentukan siapa
yang menjadi Jawara sejati.
- Pelukis
: Afandi
- Tahun
karya: 1971
- Judul
:'Perahu dan Matahari'
- Media : Oil on Canvas
Lukisan “Perahu dan Matahari (Badai pasti
berlalu)” memiliki makna dan falsafah kehidupan yang dalam, ada pembelajaran
yang tinggi dari Lukisan ini.
Makna lukisan mengisahkan perjuangan manusia
mengarungi samudera luas untuk mencapai suatu tempat yang dituju, dan dalam
perjalanan tersebut banyak sekali rintangan, mulai dari ombak badai yang kecil
hingga besar, namun setelah ombak dan badai berlalu, secercah matahari
memberikan sinarnya, membawa mereka hingga suatu tempat tujuan yang mereka
inginkan. Dari kisah mereka bisa diambil falsafah kehidupan, dimana mereka
berhasil mengarungi samudera luas, karena memiliki sebuah tujuan pasti dan keinginan
yang besar untuk meraih apa yang mereka inginkan, mereka gigih berusaha dan
tidak pernah menyerah, mereka tidak perduli sebanyak apapun , sebesar apapun
badai dan ombak menghadang, mereka menghadapinya, karena ombak dan badai pasti
akan berlalu, berganti dengan indahnya sinar matahari, menuju tempat impian
mereka.
Begitu juga makna dalam kehidupan, manusia
seperti mengarungi sebuah samudera kehidupan, Manusia disimbolkan dengan
Perahu, harapan disimbolkan dengan Matahari, Kehidupan disimbolkan dengan
lautan Samudera, rintangan, masalah, ujian dalam kehidupan disimbolkan dengan
ombak dan badai. Setiap manusia memiliki arah tujuan kehidupanya masing-masing,
bahkan memiliki cita-cita atau impianya masing-masing, hanya manusia yang
memiiliki arah tujuan hidup yang pasti, gigih berjuang dan tidak pernah
menyerah, yang akan bisa sampai pada suatu tempat kehidupan yang mereka tuju,
sesuai dengan yang mereka inginkan (sukses), meski badai dan ombak kehidupan
datang silih berganti, tidak pernah menyurutkan niat mereka untuk mundur, lari
atau bahkan menyerah. Mereka selalu mempunyai cercah harapan diatas harapan
yang disimbolkan dalam lukisan sebagai Matahari, mereka mempunyai keyakinan
akan apa yang mereka lakukan, bahwa badai dan gelombang dalam perjalanan kehidupan
mereka akan berlalu, mereka akan sampai pada suatu tempat kehidupan seperti
yang mereka inginkan, dan mereka yakin bahwa impian mereka akan terwujud.
Mereka disebut sebagai pejuang kehidupan,
yang menjadi manusia hebat di masa depan, saat mereka sukses melalui ombak dan
badai kehidupan, dan bisa membuktikan bahwa mereka bisa, mereka akan menjadi
simbol manusia sukses untuk manusia yang lain.
Itulah makna falsafah kehidupan yang dalam,
yang dilukiskan oleh sang pelukis maestro legendaris Affandi dalam sebuah karya
seni tinggi bergaya abstrak.
Lukisan ini bisa menjadi inspirasi, motivasi
dan falsafah bagi anda para kolektor ataupun pecinta karya Lukisan Maestro
dalam kehidupan anda. Karena ada makna dan falsafah yang dalam dibalik Lukisan
ini, yang ingin disampaikan oleh Sang pelukis maestro.
- Pelukis :
Afandi
- Tahun
karya: 1981
- Judul :
'Sis Cut Sunflowers'
- Ukuran :
120cm X 88cm
- Media : Oil
on Canvas
Enam
Bunga Matahari yang mekar pada satu pohon bunga matahari, disinari cahaya
matahari terang, dominasi warna kekuningan. Bunga Matahari dimaknai sebagai
simbol harapan dan keindahan, sebagaimana matahari yang selalu menyinari
kehidupan, dan membuat Dunia penuh warna. Lukisan Bunga matahari menjadi unik
dan istimewa dalam gaya lukisan abstrak.
Keindahan bunga matahari telah menarik daya
imajinasi para pelukis besar, dan hampir semua pelukis pernah melukis Bunga
matahari, termasuk sang pelukis maestro Affandi, bahkan Van Gogh sang pelukis
maestro Dunia pun melukis beberapa versi berbeda dengan tema Bunga Matahari.
- Pelukis
: Afandi
- Tahun
karya: 1980
- Judul
: 'Barong & Leak'
- Media : Oil on Canvas
Lukisan
bertema "Barong & Leak" termasuk dalam salah satu tema seni
budaya yang menginspirasi Affandi dalam menciptakan karya-karya lukisanya,
terbukti dengan kesukaanya melukis obyek Barong dan Leak, ada beberapa versi
karya lukisanya dengan tema Barong. Barong dan Leak merupakan bagian seni
kebudayaan dari Masyarakat Bali, "Barong" dalam filosofi kehidupan
sosial masyarakat Bali merupakan simbol kebaikan, dan "Leak"
merupakan simbol kejahatan, sehingga antara Barong dan Leak adalah musuh
sebagaimana bertolak belakangnya antara kebaikan dan kejahatan.
Seni pertunjukan kebudayaan "Barong
& Leak" menjadi pesona tersendiri dari keunikan masyarakat Bali,
karena keunikan budaya dan nilai tinggi filosifi kehidupanya, menjadikan
"Barong & Leak" salah satu inspirasi istimewa bagi Affandi dalam
berkarya menciptakan lukisan-lukisan bergaya abstrak bernilai seni tinggi.
- Pelukis
: Afandi
- Tahun
karya: 1963
- Judul
:'Andong jogja'
- Media : Oil on Canvas
Melukiskan
aktifitas para delman dengan Andong mereka, lalu lalang melintasi jalan-jalan
antar kampung mengantarkan penumpang, barang-barang dagangan dan lainya, nuansa
damai pedesaan dalam kehidupan bersahaja, menyentuh Affandi untuk menuangkan
inspirasinya diatas canvas dengan gaya lukisan abstrak unik, kombinasi warna
mengalir dan berpadu dengan sendirinya diatas canvas, sapuan tangan sebagai
pengganti kuas, goresan plototan cat langsung dari tube nya, nampak lukisan
abstrak dengan tekstur ekstrem, dan terciptalah lukisan berjudul "Andong
jogja" ini.
Andong merupakan sebuah alat transportasi
tradisional berbentuk gerobak yang ditarik oleh kuda, hingga saat ini
Andong-andong tersebut masih digunakan sebagai alat trasportasi dan wisata bagi
masyarakat Jogja, dan Andong sendiri menjadi salah satu ciri khas dari kota
Jogjakarta.
- Pelukis :
Afandi
- Tahun
karya: 1971
- Judul
:'Jatayu'
- Media : Oil on Canvas
"Jatayu"
dalam cerita pewayangan jawa, merupakan nama burung yang setia dalam pengabdian
kepada sang tuanya "Ramayana", kehebatan kesetiaan dan pengabdian
Jatayu terkenal pada saat pertarunganya melawan Rahwana, dalam menyelamatkan
Dewi Shinta (Istri Ramayana) yang akan diculik oleh Rahwana seorang Raja
angkara murka, Jatayu rela mengorbankan jiwa raganya demi menyelamatkan Dewi
Shinta, hingga akhirnya Jatayu gugur dalam pertarungan melawan Rahwana
tersebut.
Cerita dari pengabdian dan kesetiaan burung
Jatayu telah menginspirasi Affandi untuk menciptakan sebuah karya lukisan
berjudul "Jatayu" dengan gaya abstrak yang memukau, warna-warna
berani, sesuai dengan keberanian sang Jatayu hingga titik darah penghabisan.
- Pelukis:
Affandi
- Tahun
karya: 1959
- Judul
:'kepala kuda'
- Media : Oil on Canvas
Nampak nuansa kesedihan dari lukisan bertema
"kepala kuda" obyek kuda dilukis close up, seolah Affandi ingin
menyampaikan sebuah pesan perenungan, dalam nuansa hening dari keremangan
cahaya, terlihat tatapan mata dari kuda yang sayu.
Dipilihnya kuda sebagai obyek dari karya
lukisan ini, menjadikan pertanyaan tersendiri, karena kuda sendiri merupakan
simbol kegigihan, semangat dan pantang menyerah, namun kenapa dalam lukisan ini
terlihat sosok kuda yang seolah bersedih dan merenung.
Lukisan ini dilukis pada Tahun 1959, dan pada
masa tersebut masih merupakan proses peralihan Beliau dari gaya lukisan realism
menuju abstrak (ekspresionism), nampak terlihat pada obyek kepala kuda yang
masih semi realist, dengan sedikit sentuhan pelototan cat khas.
0 Response to "Bab V: MANUSIA DAN KEINDAHAN"
Posting Komentar